At : Ma'had Riyaddul Jannah, Kalapa Nunggal Cileungsi.
Oleh Ustad : Abdul Malik.
Pada : Selasa, 24 Januari 2017
Tulisan dibawah ini merupakan kutipan, jika ada kesalahan dalam tulisan ini murni salah saya sebagai penulis.
Diantara ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah Berinfak di Jalan Allah. Harta yang kita miliki adalah belum tentu milik kita. Harta yang kita keluarkan di jalan Allah maka itulah sebenar-benarnya harta yang kita miliki. Namun bagi siapa yang menyia-nyiakan hartanya, maka dia termasuk orang yang merugi. Tidak akan pernah bergeser 2 telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya 4 perkara. Perkara apa sajakah itu ? 1. Perkara Umur dihabiskan untuk apa, 2. Perkara tentang ilmu yang diamalkan untuk apa, 3. Perkara tentang harta, darimana hartanya dan dikeluarkan atau dihabiskan kemana, 4. Perkara jasad yang digunakan untuk menikmat apa. Oleh karena itu, banyak-banyaklah berinfak di jalan Allah. Allah berfirman "Keluarkanlah dan berinfaklah kalian dijalanku, sampai mati menjemput kalian". Jika sudah datang maut maka orang akan menyesal, dan akan meminta diberikan kesempatan hidup kembali untuk bersodaqah dan beramal shaleh. Namun itu sudah terlambat.
Tidak akan berkurang harta seorang hamba yang diinfakkan di jalan Allah. Kita diperintahkan Allah untuk berinfak di waktu yang lapang dan sempit.
Ciri-ciri lain orang yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa bisa menahan amarah. Orang yang menahan amarah senantiasa bersabar. Kata Rasulullah "Barang siapa yang mampu menahan amarah, padahal dia mampu mengeluarkannua, maka pada hari kiamat akan dipanggil orang itu dan dihadapan seluruh makhluk Allah, Allah akan memberi anugerah untuk boleh memilih bidadari Surga mana saja yang dia mau". Bukan orang yang gentle, orang yang tidak mampu menahan diri dari amarahnya.
Ciri lain orang yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa memaafkan (al'afu). Serta berbuat Ihsan. 1. Al ihsan dalam beribadah kepada Allah. 2. Al Ihsan ilal makhluq, tersampainya manfaat kepada makhluq dalam urusan agama (contoh : menjaga perkara syubhat, mengingatkan mereka yang lalai, mengingatkan perkara ma'ruf, menasehati perkara munkar, memberikan nasehat). Dalam menyampaikan nasehat seseorang harus tau siapa orang yang akan disampaikan nasehat, kepada siapa nasehat itu disampaikan dan harus mengetahui bentuk nasehat yang seperti apa. Jangan sampai nasehat al haq yang kita sampaikan tidak diterima lantaran karena cara menyampaikan kita tidak sesuai dengan syariat Allah.
Seorang ahlushunnah hendaklah menjaga sikap, perbuatan dan ucapan dihadapan kaum muslimin, jangan sampai sikap, perbuatan dan ucapan menimbulkan ketidakharmonisan, menimbukan ketidakbaikkan dari pandangan mereka terhadap dakwah ini dikarenakan kesalahan yang ada pada kita, maka terapkanlah bimbingan Rasulullah didalam kita bermuamalah bersama kaum muslimin, jangan sampaikan sesuatu yang mereka belum mampu menerima. Setiap tempat itu ada pembicaraannya masing-masing, seorang harus bisa memperhatikan perkara itu.
No comments:
Post a Comment