Mengenal Agama Islam dengan dalil-dalilnya

Topik dalam tulisan ini merupakan Tingkatan kedua pada Dasar yang kedua dari Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah. Dasar yang kedua dari Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah adalah Mengenal agama islam dengan dalil-dalilnya. Dan tingkatan kedua dari Dasar yang kedua ini adalah Iman.

Sebagai muqodimah(pembuka) tidak lupa kita bersyukur untuk memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Subhanu Wa Ta’ala, yang nikmatnya tidak bisa dihitung oleh kita, baik nikmat yang terasa dan tidak terasa. Dan nikmat tertinggi pada kaum muslimin adalah nikmat beriman kepada Allah, “Yusbikhurrojulu mu’minan wayumsi kafiron, au yumsi mu’minan wayusbikhu kafiron” yang artinya “tidak sedikit seorang yang paginya dalam keadaan masih beriman, tapi sorenya sudah kafir atau sorenya dalam keadaan beriman tapi paginya kafir”. dan sebabnya banyak orang yang menjual atau menggadaikan agamanya dengan perhiasan yang ada di dunia. Maraknya kristenisasi saat ini, dan ini musyahat (terlihat langsung) mereka orang nasoro dan yahudi baik dalam banyak hal, dan dianggap baik seluruhnya oleh kaum muslimin. Mereka menawarkan kebaikan tapi ternyata dianggap baik seluruhnya oleh orang-orang yang tidak tahu, sampai-sampai kaum muslimin ikut kepada pemahaman mereka. Mereka kaum nasoro yang baik ternyata punya maksud tersendiri. Banyak kaum muslimin diberi fasilitas yang baik sedikit saja bisa merubah keimanannya. Untuk itu Rasulullah berkata untuk segera cepat-cepatlah beramal sebelum datanya jaman fitnah. Fitnah dalam hadits Rasulullah merupakan maknanyaya adalah gelombang ujian yang datangnya seperti potongan-potongan malam yang semakin malam semakin gelap. Fitnah ini seperti ujian yang semakin lama akan semakin samar atau semakin tak terlihat. Pentingnya keimanan, perlu kita ingatkan kepada saudara-saudara kita tentang perkara keimanan. Karena keimanan bukan hanya melafalkan saja. Yang namanya iman adalah dengan ucapan, penetapan hati dan perbuatan. Keimanan itu terdiri dari 3 perkara tadi dengan adanya ucapan, menetapkan dalam hati dan perbuatan (amal). 

Keimanan itu ada sekitar 70 cabang bentuk keimanan. Rasulullah mencontohkan keimanan yang paling tinggi adalah Ucapan “Laa ilaha illaallah”. Syarat diterimanya ibadah adalah setelah berucap  “Laa ilaha illaallah”. Yang paling rendahnya dari keimanan adalah perbuatan menyingkirkan gangguan dari jalan dan rasa malu merupakan cabang keimanan. Jika diperhatikan yang pertama adalah mengucapkan “Laa ilaha illaallah” yang merupakan perkara ucapan mulut, yang kedua menyingkirkan gangguan duri dari jalan yang merupakan perkara sebuah perbuatan badan, dan yang terakhir rasa malu adalah perkara dari keimanan, karena rasa malu tidak terlihat dari anggota badan, rasa malu itu adanya didalam hati, ketika seorang malu untuk melanggar syariat Allah dan tidak mau terjatuh untuk melanggar perintah Allah maka seseorang telah melaksanakan perkara menetepkan dalam hati. 

Untuk itu iman perlu kita syukuri dengan berucap Alhamdulillah, meyakini apa yang semua kita dapatkan adalah dari Allah, dan berbuat amal shaleh. Rukun iman ada enam : beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir yang baik dan buruk. Dalil mengenai takdir adalah firman-Nya ada pada Surat Al-Qamar:49 yang artinya “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir”. 

Iman saat ini sedang diuji dengan pemahaman-pemahan yang menyimpang dari syariat, seperti salah satu contohnya adalah pemahaman komunis. Ahlus-Sunnah Wal Jamma’ah meluruskan atau menanggapi komunis dengan mempangkas ideologinya bukan dengan menyibukkan dengan berkata si fulan antek-antek komunis. Ideologi komunis harus kita pangkas, bukan orang-orangnya yang kita pantas. Menjelaskan kepada umat tentang pemahaman komunis yang merupakan salah satu bentuk kekufuran.

No comments:

Post a Comment