Sebagian besar pada abad ke-20, PCOS merupakan kondisi yang sulit dipahami. Pada tahun 1990, National Institutes of Health (NIH) menyelenggarakan konfrensi untuk mengetahui definisi dan kriteria diagnosis PCOS. Hasil dari konfrensi ini dinamakan dengan istilah kriteria NIH yang berisi :
(1) Anovulasi kronik atau Oligomenorrhea (haid tidak teratur),
(2) Keadaan dimana terdapat hiperandrogenisme dan/atau hiperandrogenemia.
Seorang wanita dikatakan menderita PCOS jika memenuhi kondisi kedua kriteris tersebut. Kriteria NIH digunakan sebagai acuan bagi peneliti dan dokter hampir selama satu dekade. Hingga pada tahun 2003 definisi dan kriteria PCOS diperluas dengan adanya kriteria Rotterdam. Berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui oleh Rotterdam (Europan Society for Human Reproduction and Embryology and the American Society for Reproductive Medicine) bahwa terdapat tiga kriteria untuk melakukan diagnosis PCOS :
(1) Wanita mengalami anovulasi atau kondisi dimana set telur sulit matang,
(2) Wanita memiliki hormon androgen diatas normal atau disebut sebagai (hiperandrogen) disertai dengan tanda secara klinis atau biokimia,
(3) Wanita yang memiliki ovarium polikistik (PCO) pada indung telur berdasarkan gambaran dari hasil ultrasonografi.
Seorang wanita dikatakan menderita PCOS jika setidaknya mengalami dua dari tiga kriteria tersebut. Konfrensi ketiga pada 2006 yang dikeluarkan oleh The Androgen Excess (AE) dan PCOS Society menghasilkan AE-PCOS Kriteria yang isinya :
(1) Terdapatnya tanda-tanda hiperandrogenisme secara klinis dan atau biokimiawi,
(2) Disfungsi ovarium (Oligo-anovulasi dan atau terdapat polikistik ovarium).
Seorang wanita dikatakan menderita PCOS jika memenuhi kedua kondisi tersebut.
Akhirnya pada Desember 2012, NIH mengadakan konfrensi yang disponsori oleh Evidence-based Methodology Workshop on Polycystic Ovary Syndrome. Hasil dari konfrensi ini merekomendasikan untuk mempertahankan definisi dan kriteria dari Rotterdam (yang mencakup kriteria klasik NIH dan kriteria AE-PCOS) yang secara khusus digunakan untuk mengidentifikasi fenotip PCOS yang terdiri dari :
(1) kelebihan androgen + disfungsi ovulasi,
(2) kelebihan androgen + polikistik ovarian morfologi,
(3) disfungsi ovulasi + polikistik ovarian morfologi,
(4) kelebihan androgen + disfungsi ovulasi + polikistik ovarian morfologi.
No comments:
Post a Comment